Peran Aktif Masyarakat, Kunci Sukses Pembangunan Air Minum dan Sanitasi

sigerus
0
Laporan terbaru WHO/UNICEF pada Mei 2013 ini menyatakan lebih kurang 2,4 miliar orang atau sepertiga penduduk dunia akan tetap tanpa akses sanitasi baik pada 2015.

Dalam laporan berjudul: “Progress on sanitation and drinking-water 2013 update”, lembaga dunia itu memperingatkan bahwa pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni mengurangi separuh proporsi penduduk tanpa sanitasi pada 1990 hanya bisa dijawab oleh 8 persen atau setengah miliar orang.

Kondisi tersebut tentunya sangat mengkhawatirkan, terlebih hingga kini capaian sanitasi layak dan air minum aman di Indonesia masih belum optimal, padahal Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang berkomitmen terhadap target MDGs 2015.

Menurut Maria Neira, Direktur WHO untuk Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan, diperlukan tindakan konsolidasi untuk mempercepat kemajuan dan mencapai target MDGs terkait sanitasi layak bagi masyarakat.

“Ada kebutuhan mendesak untuk memastikan semua bagian yang diperlukan, baik itu komitmen politik, pendanaan, kepemimpinan, sehingga dunia dapat mempercepat kemajuan dan mencapai sasaran MDGs," katanya. Berangkat dari itu, perlu upaya lebih untuk mempercepat pembangunan air minum dan sanitasi. Untuk menjawab hal tersebut, WSP (Water Sanitation Program) dari Bank Dunia mengadakan Program Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) pada sejumlah negara dunia, termasuk Indonesia.

Di Indonesia sendiri TSSM diadakan pada 29 Kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Timur. Program ini pun terjalin berkat adanya kerjasama dan dukungan positif dari pemerintah Indonesia.

Dalam paparan terbaru TSSM “Costing the Total Sanitation Sanitation Marketing” menyatakan, selain pertambahan infrastruktur, adanya peraturan dan kesiapan dana pembangunan, peran serta dan partisipasi aktif masyarakat sangat dibutuhkan dalam percepatan pembangunan sanitasi dan air minum.

Pasalnya, tanpa adanya kesadaran masyarakat terhadap perubahan perilaku hidup bersih dan sehat segala upaya percepatan perbaikan kondisi sanitasi dan air minum akan berjalan sia-sia.

Pada presentasinya, Claire Chase, Ekonom Water Sanitation Program (WSP), Bank Dunia memaparkan bahwa bilang dihitung secara real peran masyarakat terbukti sangat membantu pembangunan air minum dan sanitasi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Dia menerangkan, dari total investasi pemerintah dan program TSSM yang bernilai USD2,73 dapat bertambah sebesar USD5,80 karena adanya bantuan dari masyarakat, sektor swasta dan relawan. “Dengan melihat kenyataan ini diharapkan kedepannya pemerintah bisa lebih strategis lagi dalam berinvestasi. Sehingga pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia bisa berjalan maksimal,” terangnya

Pentingnya kesadaran dan peran aktif masyarakat ini juga dipaparkan Kepala Subdirektorat Air Minum Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Eko Wiji Purwanto. Menurutnya, tanpa adanya kesadaran masyarakat untuk menggunakan , maka keberadaan sarana tersebut tidak akan bertahan lama.

“Sebelum dibuatkan sarananya, mereka harus sadar kebutuhannya dulu. Kalau tidak, kita akan kembali ke tahun 80-an. Di mana-mana banyak MCK, namun tidak digunakan" tuturnya pada lokakarya Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) di Hotel Goodway, Jl Imam Bonjol, Batam pada beberapa waktu lalu.Lebih lanjut dia memaparkan, Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) di Kelurahan Tanjungpinang Timur, Provinsi Kepulauan Riau bisa dijadikan contoh konkret akan pentingnya peran serta masyarakat dalam menjaga keberlanjutan sarana tersebut.

“Di mana, warga disana membayar iuran dalam jumlah tertentu untuk membiayai perawatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. Sehingga kondisi IPAL hingga kini masih berfungsi maksimal,” pungkasnya. Cheerli

sumber : http://www.ampl.or.id


Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)