Tanggal 16 hingga 17 Juli 2013, telah diselenggarakan acara Sosialisasi Monitoring Dan Evaluasi Dana alokasi Khusus Sanitasi ingkungan Berbasis Masyarakat (DAK-SLBM) Tahun 2013 yang diselenggarakan di Denpasar, Bali. Acara yang dibuka oleh Direktur Pengembangan PLP, Djoko Mursito ini, dihadiri oleh Kepala Dinas PU Provinsi Bali, Kepala Satker PPLP Provinsi beserta dengan SKPD Kabupaten/Kota pengelola DAK yang berasal dari Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTB dan NTT.
Salah satu agenda penting acara ini selain sosialisasi format isian monitoring dan evaluasi DAK-SLBM, adalah kunjungan lapangan dalam rangka studi banding alternatif pilihan teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) skala komunal yang menggunakan kombinasi proses aerobik dan anaerobik untuk meningkatkan kinerja dari IPAL komunal.
Sebagaimana diketahui, terdapat kelebihan dan kekurangan dari proses aerobik dan anaerobik. Yang paling utama, sistem aerobik menghasilkan output efluen dengan hasil yang baik namun relatif memerlukan tambahan energi yang cukup besar untuk menggerakkan aeratornya serta memerlukan luas lahan yang relatif kecil. Sebaliknya untuk sistem anaerobik, relatif memerlukan energi yang sedikit namun hanya mampu menghasilkan output efluen dengan hasil yang terbatas, namun juga memerlukan luas lahan yang relatif lebih besar dimana hal ini menjadi kendala utama dalam pembangunan IPAL skala komunal. Kondisi ini menjadi dasar pemikiran bagaimana jika keduanya dikombinasikan dalam proses IPAL skala komunal.

Dr. Nao Tanaka selaku Direktur Eksekutif dari APEX menginformasikan, IPAl yang dibangun dengan luas lahan 23,76 m2 dengan kapasitas 50 KK dan debit air limbah 28 m3/hari dengan besaran BOD 400 ppm ini setelah melalui proses perpaduan sistem aerobik dan anaerobik mampu menghasilkan besaran BOD kurang dari 50 ppm. Hal ini menunjukkan kinerja yang cukup signifikan dengan luasan lahan yang relatif tidak besar. Kinerja IPAL skala komunal ini menjadi dasar keinginan dari APEX untuk mereplikasikan sistem ini di banyak tempat di Indonesia.
Dari hasil diskusi dan tanya jawab dengan pihak APEX, Direktur Pengembangan PLP, Djoko Mursito dan juga pemerhati masalah PLP Sjukrul Amin menitikberatkan mengenai permasalahan energi yang digunakan serta kombinasi proses anaerobik dan aerobik yang paling efisien. Perlu kajian lebih lanjut terhadap biaya energi yang diperlukan karena bagaimanapun juga biaya energi tersebut menjadi biaya utama dalam operasi dan pemeliharaan sistem terbangun yang praktis harus ditanggung oleh masyarakat pengguna IPAL tersebut. Namun demikian, di penghujung acara kunjungan lapangan tersebut, Djoko Mursito menyampaikan manfaat dari kunjungan lapangan tersebut dan berharap dapat memperluas wawasan bagi SKPD pelaksana DAK-SLBM seraya menekankan bahwa sistem perpaduan aerobik dan anaerobik ini perlu diapresiasi dalam rangka pengayaan pilihan teknologi khususnya IPAL Skala Komunal. (AdSR)
sumber : http://www.pu.go.id/site/view/6