DUTA SANITASI LAMPUNG TAHUN 2013
Yulis Vidya Dwentari atau yang biasa dipanggil Wenta (Foto : dok. pribadi) |
Nggak cuma punya segudang manfaat buat lalu lintas, alat ciptaan Wenta ini menjadi solusi pertama dari permasalahan yang lumayan "akut" di Indonesia itu. Sekeren apa sih alat ciptaannya? Yuk, simak perjalanan dan pengalaman Wenta biar kamu terinspirasi!
Kesempatan Datang karena Segudang Prestasi
Baru lulus dari SMAN 2 Bandar Lampung, Wenta ternyata bukan siswa "sembarangan". Cewek berusia 17 tahun ini aktif banget di berbagai kegiatan dan punya segudang prestasi. Selama SMA, Wenta rajin ikut perlombaan bergengsi. Khususnya lomba-lomba kesenian dan bahasa Inggris. Sebut saja Bali International Choir Festival dan salah satu kompetisi debat berbahasa Inggris terbesar di Indonesia, ALSA E-Comp.
Banyaknya prestasi itu membuat Duta Sanitasi Lampung 2013 ini mendapat tawaran menggiurkan dari seorang juri.
“Ada juri lomba yang mengapresiasi bakat public speaking-ku dan menyarankan ikut Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tingkat Provinsi Lampung 2016. Karena bergengsi dan diadakan Kementerian Perhubungan RI, aku pun coba ikutan,” cerita Wenta.
Lomba ini kelak sukses membawanya melaju ke tingkat nasional dan menciptakan inovasi alat yang keren banget!
Sempat Nggak Didukung Sekolah
Berkompetisi di Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2016 tingkat Provinsi Lampung, ternyata perjalanan Wenta nggak mulus. Dia malah sempat nggak didukung sekolah! Sebab, pihak sekolah keberatan kalau Wenta harus bolak-balik meninggalkan pelajaran.
“Waktu lomba di tingkat provinsi, aku dan teman-teman pergi sendiri, nggak didampingi pihak sekolah. Lumayan sedih juga, soalnya lihat peserta-peserta lain banyak yang didampingi guru bahkan kepala sekolahnya,” kenang Wenta.
Beruntung, karya tulis dan presentasi Wenta tentang upaya peningkatan kesadaran berlalu lintas dan berkeselamatan menyabet juara 1! Alhasil, sekolah pun mulai mengapresiasi prestasi Wenta sebagai siswa pertama yang berhasil menjadi juara di lomba tingkat provinsi. Pencapaian Wenta makin diapresiasi karena dia mewakili Provinsi Lampung ke tingkat nasional. Keren!
Dapat Ide Kreatif Berkat Kepekaan Membaca Permasalahan Sosial
Didampingi seorang guru, Wenta lanjut menyempurnakan karya tulisnya untuk tingkat nasional. Karya tulis apa sih? Wenta rupanya menuliskan ide buat menciptakan alat pendeteksi kelebihan muatan kendaraan yang udah sejak lama jadi masalah "akut" di Indonesia. Ya, meski udah lama ada, masalah kelebihan muatan kendaraan emang belum ada solusinya.
“Masalah kelebihan muatan kendaraan kan udah banyak menimbulkan kecelakaan, juga kerusakan jalan. Ada juga isu pungutan liar yang dilakukan oknum nggak bertanggungjawab pada kendaraan overload di jembatan timbang. Meski begitu, belum ada solusi dari permasalahan ini,” ujar Wenta.
Berbagai Manfaat Alat Smart Overload Notification (SON)
Kalau di tingkat provinsi Wenta menuangkan idenya dalam bentuk karya tulis, maka di tingkat nasional Wenta merealisasikannya dalam bentuk fisik. Dibimbing guru elektro, Wenta menciptakan prototype alat pendeteksi kelebihan muatan kendaraan yang dinamai Smart Overload Notification (SON).
“Setelah menang tingkat provinsi, aku bikin fisik alatnya biar juri nggak meremehkan dan menganggap ini sekedar ide aja. Aku yang biasanya cuma belajar teori IPA jadi harus praktik langsung. Pertama kalinya pegang gergaji dan bor listrik he he he. Susah tapi seru!” ungkapnya bangga.
SON benar-benar keren dan bermanfaat. Bekerja menggunakan sensor, alat ini bisa mengirimkan pesan (SMS) peringatan overload pada pihak-pihak berwenang seperti polisi, dinas perhubungan, dan dinas pajak.
“Dengan alat ini, nanti bisa terdeteksi kendaraan yang mengangkut beban nggak sesuai batas. Walaupun ada yang "nakal" nggak lewat jembatan timbang, tetap terdeteksi dan bisa dilacak pihak berwenang,” ujar Wenta. Otomatis, kecelakaan akibat kelebihan muatan bakal terminimalisir dan jalanan lebih awet.
Mimpi dan Harapan Besar Buat Indonesia
Sebagai anak muda Indonesia, Wenta berharap alat ciptaannya ini bisa dimanfaatkan dengan nyata. Diam-diam dia berharap karyanya ini dilirik dan dikembangkan pihak berwenang. “Sejauh ini belum ada yang menawarkan buat mengembangkan atau mengkomersilkan. Tapi saya selalu berdoa agar ada yang tertarik dan bersedia membantu pengembangannya,” harap cewek yang bercita-cita masuk jurusan arsitektur ini.
Well, semangat Wenta. We hope you the best buat pengembangan alat ini. Semoga kisah Wenta ini bisa menginspirasi kalian juga buat nggak capek berkarya dan berinovasi buat Indonesia. Youth can do it!
27 May 2017 - 19:27