Salmah: Duta Sanitasi Aceh dari ‘Negeri Kopi’

sigerus
0
Juara Duta Sanitasi Aceh 2015, Salmah, Siswa SMAN Unggul Binaan, Kabupaten Bener Meriah. 

BERPENAMPILAN sederhana dan gaya bicaranya yang tegas menyiratkan bahwa gadis berparas ayu itu merupakan sosok yang cerdas. Dengan balutan baju berwarna merah yang dihiasi dengan kurudung garis-garis bertabur bintang, ia menerima Serambi di kediamannya di Kampung Gegerung, Kecamatan Wih Pesam, Bener Meriah, Kamis (1/10) sore.

Ia adalah Salmah (16) Siswi Kelas II SMAN Unggul Binaan, Bener Meriah, yang berhasil meraih Juara I dan dinobatkan sebagai Duta Sanitasi Aceh 2015 pada acara Gathering Duta Wisata yang diselenggarakan oleh Satker Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Provinsi Aceh pada 28-30 September 2015, di Banda Aceh.

Dengan predikat tersebut, Salmah bersama dengan empat peserta lainnya (Juara II, III, IV dan V) akan mewakili Aceh ke event serupa di tingkat Nasional yang akan berlangsung di Jakarta pada akhir Oktober 2015 ini.

Sebelumnya pada 2013, Salmah, berhasil menjuarai duta sanitasi Aceh. Ketika itu, ia masih duduk di bangku SMP. Dalam seleksi lanjutan duta sanitasi yang dilaksanakan di Banda Aceh, Rabu (30/9) lalu, Salmah kembali terpilih sebagai juara yang akan mewakili Aceh menjadi Duta Sanitasi untuk berlaga di tingkat Nasional.

Putri ketiga pasangan Pranata dan Asmara, warga Kampung Gegerung, Kecamatan Wih Pesam, Bener Meriah ini, memang seorang anak yang tekun belajar. Sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) hingga saat ini, ia selalu menyabet juara umum di sekolah. “Tentunya dukungan dan dorongan orang tua, sehingga saya bisa meraih prestasi ini,” ungkap Salmah yang saat itu ditemani sang ibu.

Menjadi Duta Sanitasi, bukan semata hanya memahami materi tentang sanitasi yang berkaitan erat dengan masalah lingkungan seperti drainase, air limbah dan sampah. Tetapi Salmah, harus bisa mengampanyekan pentingnya menjaga sanitasi agar tetap bersih dan sehat. “Penyampaian edukasi tentang sanitasi ini, dengan cara memanfaatkan media sosial (medsos),” ungkap gadis kelahiran 15 Februari 1999 itu.

Keikutsertaan Salmah dalam Duta Sanitasi merupakan peran dewan guru yang menganggap ia mampu karena sejumlah prestasi telah ia raih. Demi kepercayaan yang diberikan guru itu, ia pun kemudian belajar dan mencari berbagai referensi tentang sanitasi. Ia mempelajari tentang perencanaan maupun pengelolaan limbah, untuk mendorong masyarakat hidup pada lingkungan yang sehat.


Peserta calon Duta Sanitasi harus mengikuti penilaian kategori poster dan karya tulis. Salmah yang memiliki hobby melukis, mendapat Juara I kategori poster. Saat pemilihan, ia juga mempresentasikan alat pengolahan sampah dan baca puisi. Ia berhasil menyisihkan 22 peserta siswa/siswi dari berbagai kabupaten/kota lainnya di Aceh.

Di hadapan dewan juri Gathering Duta Sanitasi Aceh 2015 yang Dewan Juri yang terdiri dari unsur Satker Pengembangan Air Minum dan Sanitasi, Dinas Cipta Karya, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan unsur pers, Salmah berhasil mempresentasikan seputar alat pengolahan sampah yang dibawanya dengan sangat mengesankan.

“Bapak ikut membuat alat peraga ini. Meski bukan diciptakan sendiri, karena pernah dieksperimenkan di Malang, tetapi alat peraga menjadi pendukung saya meraih juara,” kata Salmah, sembari memperlihatkan miniatur alat mesin pengolahan sampah menjadi minyak.

Kemampuan dalam bidang presentasi merupakan didikan dari ibunya yang selalu melatih dan mengoreksi bila ada kekurangan. Asmara, ibunya, merupakan guru konseling di SMAN 2 Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Selain mendampingi Salmah, sang ibu tak lupa untuk selalu memberikan dukungan terhadap semua aktivitas yang digeluti.

Anak ke tiga dan empat bersaudara ini juga mengukir banyak prestasi, di antaranya juara Debat bahasa Inggris, Pidato bahasa Inggris, juara Cerdas Cermat, Juara III OSN, Juara Olimpiade Sains bidang Matematika tingkat Nasional, cipta puisi dan Duta Wisata Bener Meriah. Sebagai Duta Sanitasi Aceh 2015, Salmah terus berupaya mengedukasi masyarakat terhadap pentingnya menjaga sanitasi dan perilaku hidup bersih. “Sosialisasi tentang pentingnya sanitasi bisa kita mulai dari dari lingkungan terkecil seperti keluarga atau terhadap teman,” pungkas Duta Sanitasi Aceh 2015 dari “negeri kopi” itu. (mahyadi)

sumber : http://aceh.tribunnews.com

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)