Hal klasik yang seringkali terabaikan. Yap, sampah! Buat yang tidak mengetahui apa itu sampah, didefinisikan sebagai akhir dari proses yang biasanya tidak diharapkan. Misal, kita makan ayam goreng, sisanya tulang yang tidak kita makan. Bisa diartikan sisa tulang itu adalah sampah. Berdasarkan sifatnya, sampah terbagi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Ini cuma teori yang biasanya udah dipelajarin sewaktu duduk di bangku sekolah dasar.
Contoh slogan yang masih kita ingat, dan tema yang paling sering diangkat adalah masalah “ SAMPAH “ misalkan “Jangan buang sampah sembarangan” *dodol, itu bukan persuasif* “Mari jaga lingkungan kita dengan membuang sampah pada tempatnya”. Apakah di keluarga atau di lingkungan lainnya, hal ini sudah tertanam dengan baik???
Mari kita lihat real-nya saja adalah kalau sudah orang me ngendarai mobil sambil makan permen, bungkus permennya langsung dibuang begitu saja lewat jendela mobil. Mungkin menurut kita“Ah, cuma bungkus permen, kecil kok”, tapi kita selalu percaya bahwa hal kecil bisa jadi besar. Jika di satu kota setiap harinya ada 150 orang aja yang buang bungkus permen sembarangan, seminggu ada 1050 bungkus, sebulan ada 4200, dan seterusnya. Tidak terbayang kalau bertahun-tahun, berapa banyak limbah bungkus permen, apalagi bungkus permen adalah sampah anorganik yang butuh waktu lama buat mengurai. Banyak juga yang berpikir “Kan entar ada tukang sapu jalan yang bersihin, selow aja kali”. Memangnya yakin tiap sampah yang kita buang sembarangan bakal tersapu oleh mereka???
Ingat save our earth yang jadi isu super mainstream. Banyak produk-produk muncul dengan mengusungkan isu ini sebagai keunggulannya. Lagi-lagi bisnis, walau mereka bilang produknya ramah lingkungan, tetap saja ini demi menarik perhatian konsumen dan meraih keuntungan. Tapi, kenapa kampanye-kampanye lingkungan hanya berhenti pada wacana dan event? Sedangkan implementasinya masih jauh dari ekspektasi. Masih banyak yang kita perhatikan sehari-hari saat melihat ada tempat sampah jelas di depan mata, tapi masih aja buang sampah gak pada tempatnya.
Faktor-faktor utama yang menyebabkan begitu mudahnya buang sampah sembarangan di Indonesia?
1. Kurangnya tempat sampah Kalo melihat jalanan ibukota, tempat sampah itu jarang-jarang. Sekalinya ada, muatannya kecil sehingga kalo sampahnya tidak diangkut tukang sampah, bakal over-capacity. Alhasil, sampah berserakan disekitar tempat sampah dan menimbulkan bau tak sedap.
2. Terlanjur kotor ya sudah kotor sekali Di Indonesia sudah terlanjur banyak tempat kumuh penuh sampah. Disana tinggal banyak keluarga. Mereka hidup dalam lingkungan penuh sampah. Mau nyalahin siapa???? ..... Pemerintah!. Yang buang Sampah siapa???
3. Budaya turun temurun! Buang sampah sembarangan jadi budaya . Gimana tidak mengakar, orang Indonesia itu gampang terpengaruh oleh lingkungan, kalo orang di lingkungannya terbiasa buang sampah sembarangan, bakal ikutan juga deh nyampah dimana-mana.
4. Gampang minder Kalo buang sampah pada tempatnya dan menerapkan buat jaga lingkungan, sering banget dicap “SOK SUCI” atau “SOK BERSIH”. Dan gak sedikit orang yang ketika disindir seperti itu, keinginannya untuk jaga lingkungan langsung surut.
5. Belum adanya hukum yang beneran hukum Maksudnya, walaupun undang-undang buang sampah itu sudah ada, tetep aja pada penerapannya masih nihil!
6. Minimnya kesadaran diri Ini faktor utama dan terutama. Dan untuk meningkatkan kesadaran masing-masing cukup sulit. Apa menuunggu banjir dahulu? Atau menunggu kena wabah diare atau demam berdarah?
Malu dengan Negara Tetangga
Kita sebagai warga negara Indonesia sangat malu sama Negara tetangga, yang sering kita sebut-sebut maling tapi negaranya bersih banget. Misalkan Malaysia dan WOW, bersih banget. Bebas dari sampah berserakan. Coba liat ibukota Negara kita, sudahlah banyak sampah, jadilah rawan banjir. JAKARTAAA! Yang harusnya jadi contoh bagi kota-kota lainnya.
Dampak buang sampah sembarangan :.
Yang pertama, BANJIR. Kalau saluran air tersumbat oleh sampah atau banyak sampah di sungai, ancaman banjir sulit terhindarkan.
Yang kedua, WABAH PENYAKIT. Sampah yang menumpuk dan genangan air itu adalah sarang utama dari nyamuk demam berdarah. Belum lagi wabah diare. Dan banyak anak-anak yang tinggal disekitar sungai. Mereka dengan mudahnya terserang penyakit ketika banjir datang, ketika sampah sudah menggunung. Belum lagi kemiskinan membuat mereka semakin susah ketika sakit.
Yang ketiga, ESTETIKA LINGKUNGAN. Lingkungan yang kotor menyebabkan keindahan lingkungan tersebut jadi minus. Yang keempat, BAHAYA BAGI ORANG LAIN. Misal, membuang kulit pisang sembarangan. Ada orang yang terpeleset gara-gara kulit pisang tersebut. Atau membuang pecahan beling di depan rumah. Ada anak kecil yang kakinya tertusuk pecahan beling tersebut. Kesalahan siapa????, tapi tetep aja mencegah lebih baik daripada mengobati. Jangan kita egois!
Tidak selamanya sampah itu harus terbuang percuma. Sampah organik bisa diolah menjadi pupuk sampah organik. Sampah anorganik bisa diolah menjadi handcraft yang bisa nambah penghasilan kita.
Marilah membangkitkan lagi kesadaran kita sebagai warga Indonesia yang cinta negeri dan buminya. Jadikan “Save Our Earth” lebih dari sekedar kalimat. Dengan niat baik akan membawa kebaikan pula. Malu dong sama negara-negara tetangga, masa cuma tempat pariwisata aja yang dijaga alamnya? Jangan sampai sampah terus menerus memperkosa bumi kita, jaga dia sekarang juga!
sumber : http://diarykhansa.blogspot.com/2012/05/perkosa-bumi-dengan-sampah.html
Contoh slogan yang masih kita ingat, dan tema yang paling sering diangkat adalah masalah “ SAMPAH “ misalkan “Jangan buang sampah sembarangan” *dodol, itu bukan persuasif* “Mari jaga lingkungan kita dengan membuang sampah pada tempatnya”. Apakah di keluarga atau di lingkungan lainnya, hal ini sudah tertanam dengan baik???
Mari kita lihat real-nya saja adalah kalau sudah orang me ngendarai mobil sambil makan permen, bungkus permennya langsung dibuang begitu saja lewat jendela mobil. Mungkin menurut kita“Ah, cuma bungkus permen, kecil kok”, tapi kita selalu percaya bahwa hal kecil bisa jadi besar. Jika di satu kota setiap harinya ada 150 orang aja yang buang bungkus permen sembarangan, seminggu ada 1050 bungkus, sebulan ada 4200, dan seterusnya. Tidak terbayang kalau bertahun-tahun, berapa banyak limbah bungkus permen, apalagi bungkus permen adalah sampah anorganik yang butuh waktu lama buat mengurai. Banyak juga yang berpikir “Kan entar ada tukang sapu jalan yang bersihin, selow aja kali”. Memangnya yakin tiap sampah yang kita buang sembarangan bakal tersapu oleh mereka???
Ingat save our earth yang jadi isu super mainstream. Banyak produk-produk muncul dengan mengusungkan isu ini sebagai keunggulannya. Lagi-lagi bisnis, walau mereka bilang produknya ramah lingkungan, tetap saja ini demi menarik perhatian konsumen dan meraih keuntungan. Tapi, kenapa kampanye-kampanye lingkungan hanya berhenti pada wacana dan event? Sedangkan implementasinya masih jauh dari ekspektasi. Masih banyak yang kita perhatikan sehari-hari saat melihat ada tempat sampah jelas di depan mata, tapi masih aja buang sampah gak pada tempatnya.
Faktor-faktor utama yang menyebabkan begitu mudahnya buang sampah sembarangan di Indonesia?
1. Kurangnya tempat sampah Kalo melihat jalanan ibukota, tempat sampah itu jarang-jarang. Sekalinya ada, muatannya kecil sehingga kalo sampahnya tidak diangkut tukang sampah, bakal over-capacity. Alhasil, sampah berserakan disekitar tempat sampah dan menimbulkan bau tak sedap.
2. Terlanjur kotor ya sudah kotor sekali Di Indonesia sudah terlanjur banyak tempat kumuh penuh sampah. Disana tinggal banyak keluarga. Mereka hidup dalam lingkungan penuh sampah. Mau nyalahin siapa???? ..... Pemerintah!. Yang buang Sampah siapa???
3. Budaya turun temurun! Buang sampah sembarangan jadi budaya . Gimana tidak mengakar, orang Indonesia itu gampang terpengaruh oleh lingkungan, kalo orang di lingkungannya terbiasa buang sampah sembarangan, bakal ikutan juga deh nyampah dimana-mana.
4. Gampang minder Kalo buang sampah pada tempatnya dan menerapkan buat jaga lingkungan, sering banget dicap “SOK SUCI” atau “SOK BERSIH”. Dan gak sedikit orang yang ketika disindir seperti itu, keinginannya untuk jaga lingkungan langsung surut.
5. Belum adanya hukum yang beneran hukum Maksudnya, walaupun undang-undang buang sampah itu sudah ada, tetep aja pada penerapannya masih nihil!
6. Minimnya kesadaran diri Ini faktor utama dan terutama. Dan untuk meningkatkan kesadaran masing-masing cukup sulit. Apa menuunggu banjir dahulu? Atau menunggu kena wabah diare atau demam berdarah?
Malu dengan Negara Tetangga
Kita sebagai warga negara Indonesia sangat malu sama Negara tetangga, yang sering kita sebut-sebut maling tapi negaranya bersih banget. Misalkan Malaysia dan WOW, bersih banget. Bebas dari sampah berserakan. Coba liat ibukota Negara kita, sudahlah banyak sampah, jadilah rawan banjir. JAKARTAAA! Yang harusnya jadi contoh bagi kota-kota lainnya.
Dampak buang sampah sembarangan :.
Yang pertama, BANJIR. Kalau saluran air tersumbat oleh sampah atau banyak sampah di sungai, ancaman banjir sulit terhindarkan.
Yang kedua, WABAH PENYAKIT. Sampah yang menumpuk dan genangan air itu adalah sarang utama dari nyamuk demam berdarah. Belum lagi wabah diare. Dan banyak anak-anak yang tinggal disekitar sungai. Mereka dengan mudahnya terserang penyakit ketika banjir datang, ketika sampah sudah menggunung. Belum lagi kemiskinan membuat mereka semakin susah ketika sakit.
Yang ketiga, ESTETIKA LINGKUNGAN. Lingkungan yang kotor menyebabkan keindahan lingkungan tersebut jadi minus. Yang keempat, BAHAYA BAGI ORANG LAIN. Misal, membuang kulit pisang sembarangan. Ada orang yang terpeleset gara-gara kulit pisang tersebut. Atau membuang pecahan beling di depan rumah. Ada anak kecil yang kakinya tertusuk pecahan beling tersebut. Kesalahan siapa????, tapi tetep aja mencegah lebih baik daripada mengobati. Jangan kita egois!
Tidak selamanya sampah itu harus terbuang percuma. Sampah organik bisa diolah menjadi pupuk sampah organik. Sampah anorganik bisa diolah menjadi handcraft yang bisa nambah penghasilan kita.
Marilah membangkitkan lagi kesadaran kita sebagai warga Indonesia yang cinta negeri dan buminya. Jadikan “Save Our Earth” lebih dari sekedar kalimat. Dengan niat baik akan membawa kebaikan pula. Malu dong sama negara-negara tetangga, masa cuma tempat pariwisata aja yang dijaga alamnya? Jangan sampai sampah terus menerus memperkosa bumi kita, jaga dia sekarang juga!
sumber : http://diarykhansa.blogspot.com/2012/05/perkosa-bumi-dengan-sampah.html