Industri Pengolahan Air Limbah di Charlottetown Mengesankan

sigerus
0
Jumat, 12 November 2010 yang lalu, partisipan-partisipan Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada (PPIK) 2010-2011 mengadakan tour ke Charlottetown Pollution Control Plant atau Industri Pengolahan Air Limbah yang berlokasi di Riverside Drive, Charlottetown, Prince Edward Island (PEI).

Charlottetown Pollution Control Plant adalah sebuah industri pengolahan air limbah yang bertujuan untuk membersihkan air limbah tersebut agar dapat dikonsumsi atau digunakan kembali oleh penduduk kota. Industri ini dibangun pada tahun 2005, menghabiskan biaya sebesar $21.200.000 oleh Strategic Infrastructure Funding (SIF) atau Pendanaan Strategi Infrastruktur bekerja sama dengan pemerintah federal, provinsi dan kota.

Mengapa industri pengolahan air limbah didirikan? Karena masyarakat di Charlottetown sejak dulu sangat perhatian dengan kondisi air di lingkungannya agar tidak habis dipakai begitu saja. Mereka ingin menikmati kebebasan mengonsumsi air.

Sebenarnya industri pengolahan air limbah ini sudah ada dan diimplementasikan sejak tahun 1974. Namun, mengingat industri tersebut sudah tua, dibarengi dengan perluasan permukiman dan peningkatan aktivitas bisnis, sistem sanitasi yang usang, dan bencana-bencana yang telah terjadi di kota serta praktek-praktek septik yang tidak pantas di seluruh pulau PEI, pemerintah tersebut merencanakan untuk membuat sebuah industri yang baru. Industri ini mempunyai alat-alat industri yang jauh lebih canggih dan tahan lama. Oleh karena itu, industri baru ini merupakan implementasi dari industri lama yang sudah tidak layak pakai lagi.

Air limbah yang diolah berasal dari sisa penggunaan rumah tangga seperti kotoran manusia dan limbah air rumah tangga dari toilet, wastafel, kamar mandi, mesin pencuci piring, mesin penggiling sampah, mesin cuci dan selokan. Untuk bagian ini, pengumpulan air limbah dibagi menjadi 2, yaitu greywater dan blackwater. Greywater adalah seluruh air limbah dari perumahan-perumahan kecuali limbah toilet. Disini proses pengolahan air limbah masing-masing dilakukan secara berbeda, dalam rangka memelihara kesehatan dan melindungi lingkungan.

Mengapa? Karena greywater mengandung nitrogen yang lebih rendah (nitrogen sangat sulit dihilangkan sehingga harus melewati proses khusus), memiliki patogen atau mikroorganisme parasit yang lebih sedikit, dan pembusukan yang lebih cepat daripada blackwater.

Saya sangat kaget ketika mendengar keterangan itu dari tour guide yang selalu mengiringin kami. Saya langsung menatap dengan teliti air dalam botol yang saya ambil dari keran kamar mandi. Ternyata air itu sangat bersih dan tidak berbau.

Kemudian air limbah juga berasal dari perindustrian, sekolah dan bisnis seperti bahan-bahan kimia dan limbah dari pabrik, operasi jasa makanan, aktivitas sekolah, rumah sakit, pusat pertokoan, dan lain-lain. Dan yang terakhir adalah menggunakan sistem Storm Water Infiltration and Inflow from Runoff and Groundwater, dimana air limbah masuk ke dalam sistem saluran pembuangan saniter, dan air yang berada di tanah masuk ke dalam celah-celah saluran pembuangan.

Proses pengolahan air limbah ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak sekali ilmu-ilmu fisika, kimia dan biologi yang merupakan fondasi dari pengolahan tersebut. Di dalam industri tersebut terdapat banyak ruangan dengan mesin-mesin besar dan bervariasi, dengan bau yang beraneka ragam. Berikut ini adalah sistematika proses pengolahan air limbah ini : 1.  Pra-Pengolahan. Seluruh benda-benda padat, pasir, dan kerikil kecil disaring dari air limbah. Ketika melewati tangki khusus, garpu besar dan sebuah layar akan memisahkan benda-benda padat yang besar (plastik, kertas, kain, logam, pasir) dari alur air limbah. Hal tersebut digunakan untuk mencegah kerusakan peralatan-peralatan industri, dan memfokuskan  menghilangkan bahan organik dan polutan. 

2. Pengolahan Primer. Setelah semua pasir, kerikil kecil dan benda-benda padat disaring yang kemudian diangkut ke TPA, air limbah diangkut ke tanki primer. Sebagian besar air limbah ini masih mengandung lumpur dan sampah dalam jumlah yang banyak. Dalam tank tersebut, lumpur serta kotoran yang berat mengendap ke bawah, sementara sampah naik ke atas permukaan. Lumpur serta kotoran dan sampah kemudian dikikis dan disaring ke wadah lain, sedangkan perjalanan air limbah utama diangkut pada wadah berikutnya. Proses ini sudah menghapus 50% dari segala polutan yang ada dalam air limbah tersebut. 

3. Pengolahan Sekunder. 50% sisa polutan dalam air limbah sangat sulit untuk dihilangkan. Sebagian besar kandungan zat padat tidak dapat dihilangkan dengan alat yang hanya menggunakan mesin penggaruk atau penyapu. Industri tersebut mempekerjakan sebuah reaksi biologis untuk membersihkan limbah ke dalam tangki aerasi, sebuah tangki pengaliran udara ke dalam air untuk meningkatkan kandungan oksigen lewat gelembung udara ke dalam air. Kemudian, ditaruhlah mikroorganisme dalam bioreaktor tersebut pada air limbah. 

Bioreaktor merupakan sebuah alat yang mampu menyediakan sebuah lingkungan biologis yang dapat menunjang terjadinya reaksi biokimia dari bahan mentah menjadi bahan yang dikehendaki. Ketika mikroorganisme terus tumbuh dan berkembang biak, mereka manjadi sangat kuat sehingga membunuh bahan-bahan organik dan polutan yang ada. 4. Pengolahan Tersier. Modifikasi dalam bioreaktor sekunder membuat mikroorganisme untuk melakukan tugas lebih lanjut, yaitu menghilangkan nutrisi fosfor dan amonia (senyawa gabungan antara hydrogen dan nitrogen) agar air limbah siap untuk didesinfeksi. Proses desinfeksi dilakukan dengan Unit Ultraviolet (UV) yang menggantikan gas klorin sebagai saranan untuk mendisinfeksi air limbah tersebut.

Setelah proses pengolahan selesai, air yang awalnya penuh dengan berbagai macam kotoran menjadi bersih. Bahkan Direktur industri tersebut mengatakan air ini lebih bersih dari air pegunungan. Air bersih tersebut kemudian dialirkan kembali ke pipa-pipa perumahan untuk kebutuhan minum, mandi, cuci piring dan banyak lagi untuk penduduk Charlottetown. Sementara, sisa limbah yang dijelaskan dalam Pra-Pengolahan dan Pra-Pengolahan Primer dijadikan pupuk untuk kebutuhan pertanian.

Pemakaian air yang berlebihan di Indonesia telah menjadi pembahasan yang cukup serius di berbagai forum. Terutama di perkotaan, pemakaian air telah menjadi permasalahan yang terkadang tidak kita sadari. Misalnya, ketika mencuci piring, air keran tidak dimatikan melainkan dibiarkan mengalir dan ketika mandi kita menggunakan gayung, sehingga banyak air yang terbuang. Penduduk Charlottetown di PEI telah berhasil membuktikan bahwa air kotor atau limbah dapat dirubah menjadi air bersih yang dapat dikonsumsi kembali oleh manusia.

Setelah mengunjungi tempat ini, saya berpikir bahwa sudah saatnya Indonesia membuat sistem industri pengolahan air limbah yang lebih banyak dari kota sampai ke desa. Ini dimaksudkan untuk melindungi dan melestarikan air untuk umat manusia agar cadangan air di bumi dapat terpelihara dengan baik.[]

Penulis adalah Pemuda Internasional Indonesia-Kanada
sumber : http://www.padang-today.com/?mod=artikel&today=detil&id=1088
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)